Sitor menulis puisi, cerita pendek, esei, lakon dan menerjemahkan beberapa karya sastra asing. Dia pun menulis puisi dalam bahasa asing. Bukunya yang lain: Surat Kertas Hijau (1954), Dalam Sajak (1955), Wajah Tak Bernama (1956), Zaman Baru (1962), Dinding Waktu (1976), Angin Danau (1982), Jalan Mutiara (1954), Pangeran (1963), Sastra
Yang penting adalah mengembangkan imajinasi dan emosi kreatif kita dengan sarana puisi yang sudah kita kenal, yaitu puisi lama dan puisi modern. Menulis Puisi Lama. Puisi lama merupakan puisi yang terikat oleh syarat-syarat, seperti jumlah larik dalam setiap bait, jumlah suku kata dalam setiap larik, pola rima dan irama, serta muatan setiap bait. Dialog Antara Penyair dan Nenek: Puisi ini menggambarkan percakapan antara penyair dan seorang nenek. Nenek tersebut bertanya kepada penyair mengapa dia berdoa di kuburan tertentu, dan penyair menjawab bahwa itu adalah kubur anaknya. Ini menunjukkan rasa hormat dan rindu penyair terhadap orang yang telah meninggal. Rasa rindu terhadap seseorang yang dicintai pun bisa saja muncul sewaktu-waktu, bahkan jika orang tersebut sudah meninggal. Memaknai rasa rindu terhadap orang yang telah berpulang membuat beberapa artis menciptakan sebuah lagu. Lagu ciptaan mereka seolah menjadi bentuk kerinduan yang dituangkan secara khusus ke dalam sebuah karya. Puisi untuk negeriku Indonesia adalah rangkaian kata puitis sastra negeriku yang indah dan tercinta yang saat ini sedang berduka dan bingung saat ini karena berbagai problema. Bagaimana cerita puisi untuk indonesia dalam bait puisi tentang keadaan indonesia yang dipublikasikan berkas puisi, apakah bercerita seperti puisi negeriku berduka atau
Puisi Padamu Jua terdiri dari 28 baris yang terbagi dalam tujuh bait, tiap bait terdiri dari 4 baris. Puisi Padamu Jua ditinjau dari judulnya menggambarkan tentang kembalinya seseorang yang telah lama meninggalkannya. Ketika pembaca membaca judulnya akan terlintas minimal tentang sesuatu yang kembali.
Puisi Untuk Almarhum Adik Perempuan. Adikku sayang,Betapa aku sangatlah malang,Rasa pilu menerjang,Kalau melihat kau berpulang. Adikku tercinta,Kaulah pewaris sifat mama,Namun kini kau telah tiada,Pergi untuk selama-lamanya. Entah mengapa begitu cepat,Kau pergi tanpa isyarat,Goreskan hati jadi tersayat,Kau bergegas menuju akhirat. cATYrVn.
  • wcb08bvrzi.pages.dev/587
  • wcb08bvrzi.pages.dev/558
  • wcb08bvrzi.pages.dev/118
  • wcb08bvrzi.pages.dev/193
  • wcb08bvrzi.pages.dev/352
  • wcb08bvrzi.pages.dev/8
  • wcb08bvrzi.pages.dev/382
  • wcb08bvrzi.pages.dev/143
  • wcb08bvrzi.pages.dev/508
  • puisi rindu nenek yang telah tiada